Celoteh: Titik Awal

Hari ini adalah awal dari semuanya. Sebelumnya, aku dah lalui hari yang berat. Hari yang begitu cepat beranjak. Sementara aku, masih terdiam di sini. Terpekur. Termenung dan terpaku oleh suasana keakraban. Meski jarum waktu telah lelah berputar. Namun ada setitik harapan di hati. Setitik harapan yang selama ini masih terpendam. Terpenjara!

Ada sebesit tanya di hatiku. Kadang, "sampai kapanku begini?" Mungkin dengan menatap anak-anak kecil yang berlari riang. Menikmati indahnya cakrawala, harum bunga-bunga dan warna-warni sayap kupu-kupu yang asik bercanda. Hatiku akan lupa.....

Tapi...
Tetap perasaanku kembali. Lagi lagi dan lagi. Seolah semua itu dah mendarah daging di tubuhku. Menyatu dengan aliran darahku dan semakin membuatku hilang kepercayaan diri. Aku lemah. Aku tidak seperti mereka. Seperti aliran arus sungai. Seperti tetes air hujan. Seperti suara gemuruh. Seperti derap kaki delman. Seperti riuh rendah kupu-kupu. Seperti nyit-nyit anak burung. Seperti jarum jam yang berdetak. Hal itu.... cuma ada pada diri mereka. "Mengapa mereka tidak sepertiku?" Haruskah aku seperti mereka? mengapa?....... Ah, aku muak!

Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. sudah. tali ini sudah mengikatku erat. Ku tak sanggup meronta. Entah kenapa. Aku cuma bisa berharap. Mereka mempercayaiku. Membawaku ikut serta dalam gerak-gerik mereka. Dan aku cuma bisa lebih berharap, agar mereka menempatkan diriku di deretan paling tengah. Tak lebih!

Namun, bila ku tatap khayalanku. Ada beribu juta nuansa indah di sana. Akankah itu terjadi? Aku jadi teringat nasehat-nasehatmu. Tapi mengapa aku masih menyangsikan itu. Atau akukah yang egois. Ku tak bisa berkomentar lagi. Kau masih menganggapku kecil. mungil. ibarat "baby" yang terayun-ayun di gendonganmu. dulu. yah... itu dulu. dulu sekali!


Kini aku sudah bukan lagi yang dulu. bertahun-tahun sudah berlalu. sayang aku masih belum bisa menemukan diriku yang sebenarnya. entah sampai kapan?

Andaikata pun ada seorang yang tau. ku kan rela berkorban demi diriku. Demi khayalanku, dan yang paling penting demimu.. IBU.


----- Desah Kian Dera -----

0 Comments:

Posting Komentar